Opini  

Kunci Penyelesaian Covid-19 ada Pada Negara

Oleh : Nelly, M.Pd.
Akademisi dan Pemerhati Kebijakan Publik

Tahun baru semakin kelam, wabah pandemi hampir satu tahun sudah melanda negeri ini. Belum terlihat akan tanda-tanda wabah akan berakhir meninggalkan bangsa ini, kasus positif semakin meningkat. Menurut Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menyebut, kasus baru Covid-19 beberapa hari terakhir terus mengalami peningkatan. Bahkan, Indonesia mencatatkan rekor baru penambahan kasus Covid-19 mencapai angka 8.692.

Menurut Wiku, terus meningkatnya kasus Covid-19 menandakan bahwa masyarakat semakin abai terhadap protokol kesehatan. “Terus meningkatnya angka kasus positif ini menandakan bahwa laju penularan masih terus meningkat. Jelas terlihat hal ini terjadi karena masyarakat semakin hari semakin mengabaikan protokol kesehatan (kompas.com).

Terus meningkatnya kasus covid-19 inipun ditanggapi oleh Ketua Umum DPP PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri beberapa waktu lalu. Dalam pernyataan tersebut Megawati meminta masyarakat tak asal menunjuk hidung pemerintah jika tertular Covid-19. Menurut Megawati, masih banyak masyarakat yang tidak patuh protokol kesehatan berupa 3M (mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak) (7/1/2021).

Ya, semua sepakat bahwa memang perlu sinergis antar semua pihak dalam penanggulangan kasus pandemi ini. Namun yang mesti dipahami bahwa yang paling berperan dan bertanggungjawab dalam perkara ini tentunya adalah negara. Sebab sebagai pihak penyelenggara negara dan penentu setiap kebijakan dan fungsi negara adalah mengurusi rakyatnya, termasuk persoalan corona. Dalam masalah penerapan protokol kesehatan dengan 3M tak bisa hanya mengharapkan rakyat patuh dan taat.

Namun ini mesti dibarengi juga dengan adanya edukasi dan penyuluhan pada masyarakat untuk mentaati peraturan pemerintah tentang protokol kesehatan. Kedisiplinan warga masyarakat dalam melaksanakan 3M tentunya akan berjalan andai saja ada tindakan tegas dan sanksi hukum yang membuat jera dari negara. Hal urgen lainnya yaitu harus ada contoh tauladan dari para pemimpin dengan bersama taat pada aturan protokol kesehatan yang telah dibuat.

Baca juga  Opini: ASN Diganti Robot, Solusi Ataukah Ilusi ?

Bagi warga yang sehatagar tak tertular maka sesegera mungkin negara harus menyediakan vaksin yang aman, teruji, sudah ijin BPOM dan mengantongi sertifikat halal MUI. Dan tak cukup sampai di situ untuk menghentikan dan memutus mata rantai penularan covid-19 dan laju penyebaran, maka langkah jitu adalah melakukan lockdown/karantina total terhadap wilayah yang menjadi zona merah penyebaran corona virus. Jika saja ini dilakukan dalam waktu satu sampai dua bulan saja, tentu wabah pandemi akan segera dapat di atasi.

Belum ada kata terlambat dalam memberantas wabah pandemi ini, ambil langkah sesegera mungkin. Ada edukasi, terapkan 3M dan pemberian sanksi tegas, kemudian memberikan vaksin yang aman, teruji klinis dan sertifikat halal MUI, kemudian terapkan lockdown. Saat ini yang dibutuhkan rakyat adalah keseriusan negara, peran maksimal negara sebagai pihak yang paling bertanggungjawab terhadap nyawa dan keselamatan rakyatnya.

Jangan biarkan kasus positif dan meninggal dunia terus bertambah dengan dampak pandemi yang luar biasa dirasakan oleh rakyat itu sendiri.
Kesigapan negara dan pemimpin, amanah dalam tugas oleh para pemimpin sangatlah sejalan dengan bagaimana Islam memberikan gambaran dalam tata aturan bernegara. Termasuk dalam penanganan covid-19.

Fungsi negara dalam Islam Menangani Wabah

Islam adalah sebuah sistem hidup yang paripurna dan sangat sempurna yang diturunkan Allah SWT untuk mengatur kehidupan baik bagi individu, masyarakat hingga negara. Dalam sejarahnya yang sangat gemilang selama ber-abad-abad telah tercatat dengan ke mahsyurannya peradaban Islam menaungi 2/3 belahan dunia.

Khusus dalam mengatasi wabah cara Islam sebenarnya sudah dicontohkan di masa Kekhalifahan Umar bin Khaththab. Saat wabah tha’un melanda negeri Syam, Khalifah Umar mengumpulkan sesepuh Quraisy untuk dimintai pendapat apakah Khalifah perlu meneruskan perjalanan ke Syam atau kembali ke Madinah.

Wabah terjadi di wilayah Saragh, sebuah daerah di Lembah Tabuk dekat Syam. Sampai di Saragh, Umar bertemu dengan Abu Ubaidah bin Al Jarrah yang ketika itu menjabat sebagai gubernur Syam. Abu Ubaidah memberitahunya bahwa di Syam sedang terjadi wabah. Khalifah Umar memutuskan berhenti di Saragh. Saat itulah kegundahan beliau terjadi. Apakah harus meneruskan perjalanan ke Syam atau kembali ke Madinah.

Baca juga  Opini: Menuju Indonesia Berdaulat, Mungkinkah?

Terjadi perdebatan antara tokoh senior Muhajirin dengan Khalifah Umar. Hingga beliau meminta Ibnu Abbas memanggil orang-orang Anshar.

Karena tak ada titik temu, pertemuan itu dibubarkan. “Sekarang tinggalkan saja aku. Tolong panggilkan aku sesepuh Quraisy yang dulu hijrah pada peristiwa penaklukan Makkah,” kata Umar kepada Ibnu Abbas. Kedua tokoh tersebut menyarankan Umar agar kembali ke Madinah dan Umar menyetujuinya.

Abu Ubaidah bin Al-Jarrah tak sepakat dengan keputusan Umar tersebut. “Apakah Engkau ingin lari dari takdir wahai Amirul Mukminin?” kata Abu Ubaidah. “Ya, kita akan lari dari takdir Allah menuju takdir Allah yang lainnya,” Jawab Umar bin Khaththab. Umar meminta Abu Ubaidah meninggalkan wilayah Syam, namun Abu Ubaidah menolak hingga beliau meninggal karena wabah itu.

Wabah itu baru berhenti setelah Amr bin Ash menjabat sebagai Gubernur. Beliau mulai menganalisa penyebabnya hingga menemukan metode memutus penyebaran wabah. Beliau memisahkan antara orang sakit dengan yang sehat. Kemudian melakukan isolasi wilayah yang sekarang lebih dikenal dengan istilah ‘lockdown’.
Metode lockdown sudah dipraktikkan di masa Islam. Sebagaimana hadis Rasulullah saw tentang lockdown, “Jika kamu mendengar wabah di suatu wilayah, maka janganlah kalian memasukinya.

Tapi jika terjadi wabah di tempat kamu berada, maka jangan tinggalkan tempat itu.” (HR Bukhari).

Itulah yang akan dilakukan negara yang menerapkan Islam. Soal wabah, Islam sudah memberi teladan dan arahan yang jelas. Bukan berpikir tentang ekonomi. Saat wabah belum terjadi, Islam akan membangun fasilitas kesehatan yang memadai, menggaji para tenaga kesehatan secara layak, menyediakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan rumah sakit.

Baca juga  Mafia Narkoba, Diungkap untuk Dilestarikan?

Islam juga akan mengedukasi masyarakat hingga level terendah seperti RT/RW. Jika diberlakukan lockdown, negara siap menanggung biaya hidup rakyat selama mereka dikarantina.

Namun ini bertolak belakang dengan kondisi saat ini, negara yang notabene berkiblat dengan sistem kapitalis sekuler bahkan lebih menimbang dampak lockdown terhadap ekonomi ketimbang kesehatan rakyatnya. Bahkan pemerintah membuka donasi untuk membantu penanganan Covid-19. Sangat terlihat peran negara minim dan terkesan abai. Untuk sekadar menanggung hidup rakyat selama lockdown saja keberatan.

Di sisi lain, negara bisa saja dan tanggap mengeluarkan biaya untuk membangun Ibu Kota Baru. Namun untuk pemenuhan kebutuhan rakyat negara pelit keluarkan biaya. Terlihat loyal terhadap pembiayaan yang menguntungkan asing dan aseng.

Mengelola negara bukanlah mengelola sebuah perusahaan. Negara bukan profit entity, namun supremacy state, di mana peran negara adalah pengurus dan pelayan rakyat. Melayani dan melindungi dengan segenap upaya dan sumber daya yang ada agar rakyat selamat dari wabah dan memenuhi kebutuhan hidup mereka.

Begitulah Islam mengajarkan bagaimana negara harus bersikap. Sejak antisipasi dini hingga upaya kuratif yang sudah pernah dicontohkan Baginda Nabi dan para sahabat. Problem apapun akan terselesaikan tatkala negara dikelola berdasar syariat Islam.

Islam sangat menghargai nyawa manusia, kerugian ekonomi akibat wabah bisa dipulihkan pada waktu lain. Namun kehilangan sumber daya manusia tak bisa tergantikan. Sebab, nyawa satu manusia sangat berharga dalam Islam. Negaralah kunci utama penanganan wabah. Namun jangan harap itu di dapat dalam sistem yang bukan Islam. Hanya dengan Islam rakyat akan kuat, sehat dan sejahtera.

Maka saatnya kembali pada Islam sebagai aturan kehidupan bernegara. Insya Allah akan didapatkan kehidupan berkah, mulia dan penuh kebaikan. Sebab Islam adalah solusi dalam setiap persoalan kehidupan.

Wallahu a’lam bis showab