Opini  

Solusi Sistemik Dalam Melepas Belitan Covid

Oleh : Dyan Indriwati Thamrin, S. Pd.
*(Pemerhati Masalah Sosial dan Politik)

Virus Covid-19 masih membelit hingga kini. Belitannya bisa dilihat dari kasus Covid-19 yang melonjak menembus angka lebih dari 13.000 an/hari dengan kumulatif 1,01 juta kasus, sembuh 820 ribu, meninggal dunia 28.486 orang. Kalimantan Timur total kasus 37.971 kasus, sembuh 30.403 kasus dan meninggal 946 orang. Dan di seluruh dunia dilaporkan 100 juta kasus, sembuh 55,4 juta dan meninggal 2,16 juta orang.) (https://www.covid19.go.id/ 27 jan.21).

Sulit untuk tidak dikatakan, belitan Covid-19 yang semakin mencekik sebagai imbas dari kekurangtepatan kebijakan penanganan dan berat untuk dipungkiri bahwa penyelamatan ekonomi lah yang didahulukan yang justru kadang tidak sejalan dengan upaya menekan laju penyebaran wabah. Berbagai model perubahan kebijakan semisal karantina wilayah atau yang kemudian diistilahkan PSBB (Pembatasan Sosial Skala Besar) yang bervariasi untuk setiap provinsi, kebijakan new normal, “berdamai dengan corona”, “rem darurat” sekarang kembali menjadi Pemberlakuan  Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). (https://nasional.tempo.co/read/1421199).

Baca juga  Kunci Penyelesaian Covid-19 ada Pada Negara

Beberapa peristiwa juga cukup memberi sumbangsih dalam peningkatan kasus semisal pilkada serentak(https://www.kompas.tv/article/131232/kasus-baru-positif-covid-19-meningkat-tajam-pasca-pelaksanaan-pilkada-serentak-2020) beberapa kali libur yang cukup panjang termasuk libur nataru memicu melonjaknya kasus (https://www.metrotvnews.com/-pasca-libur-nataru-rshs-bandung-alami-peningkatan-pasien-covid-19). Ditambah lagi upaya membuat kebijakan semisal RUU HIP, UU Omnibus Law yang memicu kerumunan demonstrasi di mana-mana.

Kekurangtepatan kebijakan dalam penangan wabah merupakan buah dari diterapkannya sistem kapitalisme yang senantiasa berfokus pada keuntungan materi di atas segalanya. Kekhawatiran akan bayangan resesi, pelonggaran kegiatan masyarakat dijalankan agar ekonomi tetap berjalan, padahal para ahli sudah memperingatkan bahwa sistem kesehatan berpeluang ambruk. Sebegitu pentingkah pemulihan ekonomi sementara nyawa-nyawa terus melayang?

Sepanjang sejarah peradaban Islam yang gemilang, juga tidak lepas dari serangan wabah. Rasulullah SAW dan para Sahabat mencontohkan tindakan awal dalam menghadapi wabah, yaitu karantina wilayah. Dengan memisahkan yang sakit dengan yang sehat. Bagi wilayah yang terdampak berat, diberlakukan karantina. Negara akan menjamin dan memenuhi kebutuhan bagi rakyat yang dikarantina.

Baca juga  Padamnya Listrik Masyarakat Panik

Bagi wilayah terdampak sedang/ringan, karantina hanya diberlakukan ke tempat yang menjadi pusat sebaran infeksi. Bagi wilayah yang tidak terdampak wabah, kegiatan ekonomi masyarakat tetap berjalan.

Karena Islam memandang satu kematian manusia itu kerugian besar, maka dalam mengatasi wabah atau pandemi, negara akan meminta pendapat para ahli. Sebab, dengan pendapat merekalah, negara akan memberlakukan kebijakan dengan sudut pandang kesehatan demi menyelamatkan nyawa rakyat.

Negara juga akan melakukan testing secara masif untuk mempermudah pemisahan kelompok yang tertular, rentan tertular, dan mereka yang sehat. Dengan begitu, isolasi dan karantina akan berjalan efektif.

Negara akan mendukung segala daya dan fasilitas untuk menunjang sistem dan layanan kesehatan menghadapi pandemi. Negara juga akan memperhatikan kebutuhan para tenaga kesehatan dan keluarga yang mereka tinggalkan.

Semua fasilitas itu dibiayai penuh oleh negara. Dari mana pembiayaannya? Negara harus mengelola berbagai kekayaannya secara benar (sesuai syariat Islam), sehingga memiliki kemampuan finansial yang memadai untuk menjalankan fungsi dan tanggung jawab pentingnya.

Baca juga  Kisruh Partai Demokrat, Sinyal Sistem Demokrasi Mulai Sekarat?

Negara tidak hanya melayani dari sisi kebutuhan fisik, tetapi juga kebutuhan psikis. Negara memberikan penguatan nafsiyah terhadap ujian berupa wabah penyakit, yaitu kesabaran dan keikhlasan dalam menjalani prosesnya. Negara pun akan berperan aktif dalam mengedukasi masyarakat dengan memberikan pemahaman utuh agar mereka menyadari bahaya dan pencegahan terhadap penyakit. https://www.muslimahnews.com/2021/01/31/rekor-covid-19-berulang-kali-rezim-jangan-berhalusinasi/

Maka dapat disimpulkan, hanya sistem Islam yang mampu secara sistemik melepas belitan Covid. Karena Islam mengutamakan keselamatan jiwa manusia yang merupakan perintah Allah SWT dan negara diberi porsi utama dalam memenuhinya. Namun sistem Islam hanya bisa dibuktikan kemampuannya jika ia diberi kesempatan untuk diterapkan secara menyeluruh dalam semua bidang kehidupan pada skala negara. Semoga tidak lama lagi. Wallahu’alam. (*)