Opini  

Sawer Qariah Bentuk Desakralisasi Al-Qur’an

Oleh: Munawwarah Rahman*

Geram, marah, dan kecewa mungkin tiga kata inilah yang dapat mewakili perasaan masyarakat tatkala menyaksikan vidio qoriah Nadia Hawasyi yang disawer Saat melantunkan ayat suci Al Quran beberapa waktu lalu.

Nadia mengungkap, peristiwa itu bermula saat dirinya diundang mengisi acara sebagai qoriah dalam perayaan maulid Nabi Muhammad saw, di Kecamatan Cibaliung, Kabupaten Pandeglang, Oktober 2022 lalu.

“Saya tidak tahu kalau pada saat saya ngaji, panitia baik laki-laki maupun perempuan akan sawer, saat disawer saya marah dan kesal sekali, nggak lama setelah disawer saya langsung sadaqallah, turun dari panggung, kemudian langsung tegur panitianya. Jadi sebetulnya panitia yang salah, nggak menghormati kita sebagai pembaca Al-Qur’an,” terangnya pada Kompas.com

Kejadian ini pun sontak mengundang reaksi dikalangan masyarakat salah satunya Cholil Nafis selaku Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) pusat yang mengaku geram melihat rekaman video viral tersebut.

“Ini cara yang salah dan tak menghormati majelis. Perbuatan haram dan melanggar nilai-nilai kesopanan,” ucap Cholil yang dicuitkan melalui akun Twitternya @cholilnafis, Kamis (5/1).

“Mohon Majlis Ulama dan para asatidz setempat mengingatkan bahwa hal ini sangat niradab. Bukan begitu cara memuliakan para qoriah. Kalau ingin memberi bisa dengan cara yang berakhlak. Ini tilawatil Qur’an bukan dangdutan.” pic.twitter.com/TwaZUJhF1Y.

Baca juga  Pluralisme Mengancam, Milenial Wajib Menghadang

Tindakan yang diperlihatkan dalam vidio viral tersebut sangat bertentangan dengan adab mendengarkan AI-Qur’an, Seolah lantunan ayat suci AI-Qur’an disamakan dengan mendengarkan lagu dangdut. Tindakan ini pun secara tidak langsung telah menodai kesakralan kitab suci umat Islam sekaligus bentuk desakralisasi AI-Qur’an (tidak menganggap Al-Qur’an sebagai sesuatu yang suci atau dimuliakan).

Sekularisme telah nyata menggerus keimanan kaum muslim, akibatnya umat tidak lagi memperhatikan agama dan menganggap kebahagiaan hanya berdasarkan pada materi semata sebagaimana yang diperlihatkan dalam vidio viral tersebut. Tindakan menyawer dianggap sebagai bentuk penghormatan dan penghargaan yang akan membuat qoriah merasa bahagia sebagaimana yang dirasakan oleh seorang biduan ketika mendapat saweran.

Jika perilaku itu dibiarkan maka akan mengundang kejadian serupa di hari berikutnya. Akibatnya umat perlahan akan menganggap AI-Qur’an bukan lagi kalamullah yang yang harus disakralkan.

Inilah bahaya desakralisasi Al-Qur’an, membuat umat semakin jauh dari syariah sehingga AI-Qur’an tidak dijadikan lagi sebagai petunjuk dan pedoman hidup, membuat umat Islam semakin liberal, dan dekat dengan kejahiliaan.

Islam adalah agama sempurna yang mengajarkan semua hal termasuk adab dalam mendengarkan lantunan ayat suci Al-Quran, sebagaimana firman Allah SWT, “Jika dibacakan Al-Qur’an, dengarkanlah (dengan seksama) dan diamlah agar kamu dirahmati.” (QS Al-A’raf:204).

Baca juga  Perombakan Postur APBN, Lagi?

Imam Ahmad juga menyampaikan, “Orang yang mendengarkan ayat Al-Qur’an akan dicatat sebagai kebaikan yang berlipat ganda.”

Dari Abu Sa’id Maula Bani Hasyim, dari Abbad Ibnu Maisarah, dari Al-Hasan, dari Abu Hurairah RA, bahwa Rasulullah saw bersabda, “Barang siapa mendengarkan suatu ayat dari kitabullah, maka dicatatkan baginya kebaikan yang berlipat ganda. Dan barangsiapa yang membacanya, maka ia mendapat nur (cahaya) di hari kiamat.”

Al-Qur’an adalah kalamullah yang akan mendatangkan ketenangan kepada siapapun yang berupaya membaca, menyimak, memahami dan mentadabburinya. Terlebih ketika memahami setiap isi ayat tersebut karena didalamnya memuat berita yang luar biasa. Bahkan Rasulullah saw dan para sahabat sering menangis tatkala mendengarkan lantunan ayat suci Al-Qur’an.

Maka, dengan berupaya mendekatkan Al-Qur’an di lingkungan masyarakat, sekolah, maupun rumah akan mencegah adanya desakralisasi Al-Qur’an. namun, tidak cukup dengan mengoleksi, mendengarkan, membaca dan menghafalkan saja melainkan berusaha memahami isi dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Sebab Al-Qur’an adalah petunjuk dan pedoman hidup seorang muslim.

Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya Al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang Mu’min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.” (QS Al-Isra: 9).

Baca juga  Suka Duka Serbuan Vaksinasi Lanud Sam Ratulangi Manado

Dalam surah yang lain Allah berfirman, “Dan Kami turunkan kepadamu Alkitab (Al-Qur’an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang berserah diri.” (QS An-Nahl: 89).

Allah SWT juga menegaskan, “Maka jika datang kepadamu petunjuk dari-Ku, lalu barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan ia tidak akan celaka. Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.” (QS Thaha: 123-124).

Cukuplah ayat-ayat diatas sebagai bukti bahwa Al-Qur’an adalah petunjuk dan pedoman hidup yang harus dimuliakan.

Dengan demikian, Sudah saatnya kita terus berupaya menghentikan desakralisasi (terhadap) Al-Qur’an. Kita tidak boleh membiarkan umat Islam terjerumus pada tindakan pengabaian Al-Qur’an. Caranya dengan melakukan amar ma’ruf nahi munkar di tengah-tengah umat, menjelaskan kesalahannya, dan mendakwahkan Islam yang sahih kepada mereka.

Selain itu, kaum muslimin juga harus mengupayakan terwujudnya sistem Islam secara kaffah dalam kehidupan ini dengan bergabung dalam kelompok dakwah ideologis. Inilah cara tuntas yang dapat menyelesaikan masalah desakralisasi Al-Qur’an. Wallahu A’lam Bishawab.

*Guru Sekolah Anak Tangguh (SAT) Wildan Majene