Opini  

Tren Kejutan Ulang Tahun Merenggut Nyawa, Kok Bisa?

Oleh: Nurfitrah, SE

Tren perayaan ulang tahun yang dilakukan oleh anak muda kembali memakan korban. Melansir dari laman solopos.com, diberitakan bahwa, Fajar Nugroho, ketua OSIS di SMAN 1 Cawas, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah meninggal dunia tepat di hari ulang tahunnya. (Rabu, 10/07/2024).

“Korban diberi tepung dan ramai-ramai diceburkan ke kolam taman sedalam 1,75 meter. Saat itu korban yang diduga tidak bisa berenang memegang paralon di atas kolam yang ada kabel listriknya dan tersetrum lalu meninggal dunia.” jelas Kapolsek Cawas AKP Umar Mustofa di Kabupaten Klaten.

Tak bisa dipungkiri, perayaan ulang tahun dengan kejutan sudah menjadi tren di kalangan remaja. Tidak sedikit yang memberikan kejutan bagi yang sedang berulang tahun. Lempar telur, lempar tepung dan diceburkan ke dalam got sudah menjadi tren pada setiap momen ulang tahun. Parahnya, hal ini sering dianggap sebagai ekspresi kepedulian dan eksistensi diri di kalangan remaja.

Baca juga  Penembakan Massal di AS, Tanda Masyarakat Sakit

Sikap peduli dan tanggung jawab bagi remaja merupakan sikap positif yang harus dikembangkan. Namun, perilaku mereka seringkali impulsif dan kurang refleksi dikarenakan minimnya kesadaran akan cara berfikir, bertindak dan bertanggung jawab atas tindakan yang seringkali berpotensi bahaya. Setiap tindakan yang mereka lakukan hanya bersifat kesenangan semata dan minim manfaat. Hingga tidak memikirkan dampak baik dan buruknya suatu perbuatan.

Perilaku seperti ini tidak terlepas dari penerapan sistem pendidikan sekuler kapitalis yang diemban oleh negara, yakni pemisahan agama dari kehidupan. Landasan berfikirnya pun didasarkan pada kesenangan dunia dan materi belaka.

Baca juga  Gotong Royong Jargon Kosong Penguasa

Hal ini tentu berbeda dalam sistem Islam yang menganggap pendidikan terhadap generasi muda sangatlah penting. Sehingga pendidikan yang diterapkan akan disesuaikan dengan akidah Islam. Semua itu dilakukan agar generasi memiliki akhlak mulia, generasi qur’ani, generasi pemimpin umat, generasi terbaik, generasi berkualitas yang menghasilkan amalan yang bermanfaat. Bukan malah melahirkan perilaku yang membahayakan.

Selain itu, Islam juga memiliki sistem pendidikan terbaik yang mengajarkan kaidah berpikir yang benar. Maksudnya adalah, ketika hendak melakukan suatu perbuatan, akan dipikirkan terlebih dahulu, apakah perbuatan ini benar atau salah, sesuai syariat atau tidak atau bahkan berdampak baik atau buruk?

Baca juga  Opini: Hilangnya Fungsi Qawwamah

Sehingga dengan pendidikan yang berbasis akidah Islam, maka generasi tidak akan melakukan hal yang menuruti hawa nafsunya. Karena semua disesuaikan dengan hukum syarak.

Berdasarkan hal ini, sudah seharusnya kita kembali pada sistem Islam yang mengatur segala lini kehidupan, baik pendidikan, ekonomi, sosial dan politik sesuai dengan tuntutan Al-Qur’an dan Sunnah agar hidup lebih berkah dan bermanfaat.

Sebagaimana sabda Rasulullah saw., “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia.” (HR. Ahmad, ath-Thabrani, ad-Daruqutni. Hadits ini dihasankan oleh al-Albani di dalam Shahihul Jami’ no: 3289). Wallahu A’lam.