MAJENE, Rencananya, pendidikan kedokteran Universitas Sulawesi Barat akan segera dibuka. dan rencananya lagi, Unsulbar akan menjaring putra daerah di Sulawesi Barat untuk mengisi kuota 42 mahasiswa yang berasal dari setiap kecamatan di 6 kabupaten di Sulawesi Barat.
Rektor Unsulbar, Akhsan Djalaluddin yang ditemui di ruang kerjanya, Kamis (14/7/2022) mengatakan, pihaknya telah menyampaikan kepada pihak pusat baik di kementerian pendidikan maupun kementerian kesehatan bahwa Unsulbar akan membuka ini pertama mengutamakan pembangunan sumber daya manusia di provinsi Sulawesi Barat.
“Oleh sebab itu, tidak boleh dibuka secara umum. Sekarang kita menunggu respon para Bupati dan pemerintah provinsi,” ujarnya.
Menurut Akhsan, kalau diadakan, katakanlah kalau hanya pemerintah Sulawesi Barat, maka tentu saja ada pembiayaan yang harus disediakan oleh daerah, misalnya beasiswa. “Tapi kalau responnya kurang, ya kita buka secara umum, dan kalau dibuka umum tentu saja berlaku namanya pasar umum pasti banyak orang yang berminat,” ungkapnya.
Namanya pendidikan dokter, lanjut Akhsan, itu diminati banyak orang. “Kalau dibuka umum, saya tidak menjamin kalau banyak juga yang terjaring bukan dari putra daerah. Tidak dipungkiri nilai nilai lulusan sekolah lanjutan atas dari luar itu jauh lebih tinggi dari kita. Makanya kita proteksi sebenarnya, sehingga kita minta agar pemerintah daerah dapat merespon,” lanjutnya.
Bahkan rancangannya di kementerian waktu disupervisi terakhir itu, Akhsa mengatakan, kalau boleh tahun ini menerima 42 satu kelas, kemudian 42 itu terdiri dari 6 kabupaten dan 1 provinsi. “Jadi ada jatah provinsi juga masing masing kabupaten ada 6 orang dan 6 orang itu sudah ditentukan. Misalnya 1 dari Puskesmas Ulumanda, 1 dari Malunda, 1 dari mosso, Tammerodo seperti itu, karena nanti kalau jadi dokter, orang Majene pun belum tentu siap ditugaskan di kecamatan lain,” jelas Akhsan.
Jadi idealnya, lanjut Akhsan, orang dari kecamatan itu sendiri. Tentu melalui proses seleksi ketat yang tidak bisa ditunjuk begitu saja. “Kita sudah memplot, demikian pula di kabupaten lain. Kira-kira sampai tiga empat kali penerimaan. Sampai Pemda misalnya sudah cukup untuk dapat memproduksi dokter itu, saya kira baru kami buka kelas umum,” lanjutnya.
Terkait kesiapan infrastruktur atau bangunannya, Akhsan menjelaskan, kalau itu sudah, semuanya bagian dari kesiapan. “Kementerian kesehatan memberikan rekomendasi bukan hanya keberadaan dan kelayakan RS, tapi semua termasuk kelas, laboratorium dan tenaga pengajar. Tenaga pengajar sendiri ada usulan pemindahan para dokter ahli untuk mengabdi di Unsulbar, jadi mereka pindah,” pungkasnya. (Satriawan)