PADANG, Persatuan Anggota Badan Permusyawaratan Desa seluruh Indonesia (PABPDSI) kembali menggelar Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Badan Permusyawaratan Desa (BPD) ke ll. Pada Selasa (8/11/2022) di
Kegiatannya sendiri selama empat hari, 8 hingga 12 November 2022, dihadiri Gubernur Sumatera Barat, H. Mahyeldi Ansharullah, SP, Ketua Umum PABPDSI, Fery Radiansyah dan seluruh perwakilan BPD dari setiap Provinsi seluruh Indonesia.
Salah satu perwakilan BPD kabupaten Majene, Bachry Durmin mengaku bersyukur menyempatkan hadir dalam kegiatan Rakernas ke dua di Sumatera Barat, Kota Padang.
” Kegiatan ini membicarakan misal terkait keberadaan BPD disisi organisasi dan kerjanya dihubungkan kesejahteraan BPD.
Kita berharap mengenai kesejahteraan BPD diambil alih pemerintah pusat, kemudian pengembalian nama dari Badan Permusyawaratan Desa menjadi Badan Perwakilan Desa,” jelas Bachry.
” Alasannya, selama berada pada posisi yang sekarang, ruang lingkupnya sangat terbatas. Kalau seperti ini bisa saja pemerintah desa berbuat berdasarkan kemauan tidak berdasarkan kebutuhan,” terangnya.
Disisi lain lanjut Bachry, jika dibandingkan potensi sumber daya dan geografi Kota Padang, Kabupaten Majene dapat disandingkan dari sisi wisata.
” Di luar dari konsep itu, mengenai geografi dan sumber daya, kita melihat potensi Kota Padang hampir sama dengan Kabupaten Majene dari sisi pengembangan obyek wisata. Bedanya, masyarakat disana termotivasi karena kepedulian pemerintahnya artinya pemerintah rela berkorban demi masyarakatnya,” kata Bachry sedikit kesal.
Dijelaskan, dengan potensi sumber daya yang ada dan berbagai kreatifitas dilakukan, menjadikan Kota Padang mampu menjadikan Desa mandiri,” di sana juga Desa Desanya sudah banyak menjadi Desa mandiri. Kenapa demikian, dalam mengelola potensi sumber dayanya mereka sangat kreatif, mampu mencipta, mengelolah dan memasarkan hasil produksinya itu menjadi salah satu ciri khas masyarakat disana. Pemerintahnya hanya sebatas pembinaan karena di desanya punya anggaran tersendiri. Jadi kolaborasi Pemerintah dan masyarakat sangat baik,” sebutnya.
“Di tambah, standar utamanya sampai berkembang adalah wadah wisatanya, juga sangat kental dan menghargai budayanya. Misal, legenda maling Kundang, Siti Nurbaya itu menjadi aset dan menjadi PAD,” aku Bachry.
Dia menyebut, hasil bumi dianggap berhasil bahkan sangat produktif.” Baik persawahannya, tanaman jangka pendek yang dikelola Bundes. Mereka bisa berkembang karena Bundes sebagai lumbungnya,” kata Bachry merasa kagum.
Jauh dikatakan, penyertaan modal yang diberikan kepada kelompok yang ada sudah terencana dengan baik.” Setelah berjalan dan berhasil, kemudian Bumdes mengambil perannya. Sebaliknya kita disini diberikan penyertaan modal tanpa ada prospek yang dikembangkan, akhirnya jadinya lari ke simpan pinjam karena belum mampu menciptakan kreatifitas. Inilah yang perlu kita benahi lebih dulu.
” Kelompoknya juga luar biasa. Jadi kalau masuk dunia moderen mereka sulit terpengaruh karena mereka fokus kepada sumber dayanya. Semisal mini market dilarang masuk disana karena mereka mampu mengelola dengan menciptakan tempat perbelanjaan sendiri setara mini market dan pusat perbelanjaan seperti mall. Akhirnya karena kekentalan budayanya, banyak yang melirik Negara Negara tetangga,” pukau Bachry. Sambil berharap dilain waktu kembali berkunjung ke Kota legenda Maling Kundang itu. (Satriawan)