POINSEMBILAN.COM,Sulsel~~~Temuan berupa fosil menjadi salah satu bukti adanya kehidupan pada masa lampau di lokasi tersebut. Bagaimana tidak, dengan adanya temuan fosil tersebut para peneliti akan mendapatkan gambaran sekilas tentang manusia ataupun hewan yang pernah hidup diabad-abad sebelumnya. Namun untuk mengetahui apakah temuan tersebut termasuk fosil, tentu banyak aspek yang perlu diperhitungkan oleh peneliti sebelum menyatakan bahwa itu merupakan sebuah fosil dari makhluk hidup.
Salah satu temuan arkeologi yang masih Interpretasi awal temuan gigi di situs gua Sulawesi Selatan yang diduga milik dari ras Mongoloid. Hasil-hasil penelitian arkeologi selama ini, baik dari sejak zaman penjajahan hingga sekarang belum ada laporan tentang temuan rangka manusia dari pendukung budaya masa plestosen di Sulawesi Selatan.
Laporan hasil penelitian mengungkapkan bahwa hanya terbatas pada temuan sisa-sisa manusia holosen yang berciri Mongoloid. Dari hasil temuannya peneliti menyajikan beberapa data baru hasil penelitian untuk dapat memberi interpretasi awal tentang siapa manusia pendukung dari budaya batu di Sulawesi. Gigi manusia yang ditemukan dalam penggalian berasosiasi dengan alat-alat batu, khususnya mata panah bergerigi dan mikrolit di situs Bala Metti. Jika gigi manusia tersebut adalah dari ras Mongoloid, maka dapat dikatakan bahwa mata panah bergerigi juga telah diproduksi pada masa bercocok tanam.
Para peneliti memperoleh temuan berupa gigi manusia dengan menggunakan metode berupa survei dan ekskavasi. Ekskavasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data melalui penggalian tanah yang dilakukan secara sistematis untuk menemukan suatu atau himpunan tinggalan arkeologi dalam situasi in situ. Sebelum melakukan penggalian peneliti terlebih dahulu melakukan survei di kawasan karst yang diperkirakan berpotensi adanya gua atau ceruk. Para penelitia juga melakukan survei di kawasan karst lainnya yaitu di Desa Pattuku dan Desa Langi berdasarkan informasi dari warga sekitar tentang keberadaan gua. Hal ini dilakukan tentu dengan tujuan untuk mengetahui seberapa besar potensi arkeologi pada setiap gua yang diamati. Setiap gua yang berpotensi selanjutnya dilakukan ekskavasi. Penggalian dilakukan hanya pada titik-titik tertentu saja di dalam situs.
Situs Gua Bala Metti dan beberapa gua yang telah disurvei terletak di desa Pattuku, Kecamatan Bontocani, Kabupaten Bone. Potensi arkeologi yang begitu tinggi di situs Gua Bala Metti, maka sejak tahun 2015 hingga 2016 situs tersebut telah diekskavasi dengan membuka 4 kotak gali. Sisa manusia (gigi dan tulang lainnya) dalam penggalian ditemukan pada kedalaman 60-80 cm dari permukaan lantai gua. Temuan gigi manusia untuk sementara yang berhasil ditampakkan terdiri dari tengkorak (cranium), rahang (mandible dan maxila), tulang kaki (tibia), tulang lengan (humerus) dan beberapa gigi. Secara keseluruhan kondisi rangka, yaitu rapuh dan mudah pecah. Bahkan tengkorak kepalanya pecah dan terhambur.
Situs Leang Jarie berada di Kelurahan Bantimurung, Kecamatan Bantimurung, Kabupaten Maros. Gua ini memiliki teras yang cukup lebar ± 25 meter dan dihubungkan lorong dengan ruang yang agak besar.
Gigi manusia di situs Leang Jarie ditemukan tersingkap pada permukaan gua yang berasosiasi dengan temuan arkeologi lainnya (alat batu, tembikar, tulang dan kerang). Temuan sisa manusia di situs ini berupa rahang bawah dan sebagian gigi. Khusus gigi sudah tidak memiliki puncak (occlusal), sebagian permukaan atas dari mahkota gigi (crown) sudah hilang (mature atau dewasa), sementara paracone, protocone, metacone dan hypocone yang runcing pada gigi sudah tidak ada, serta groove bagian lingual sudah berlubang, akar gigi tidak ada, lapisan luar gigi (enamel) retak dan masih menyatu, fissure bagian sisi gigi (buccal) masih tampak.
Interpretasi awal temuan penelitian dimana keletakan temuan sisa-sisa manusia dalam penggalian Balai Sulawesi Selatan tahun 2015 di situs Gua Bala Metti, Bontocani, Bone, yaitu berada pada lapisan budaya yang berkonteks atau bercampur dengan alat batu (mata panah bergerigi atau lancipan Maros, mikrolit, dan serpih-bilah), fragmen tulang dan kerang. Jika berdasarkan hasil penggalian tersebut bahwa alat batu jenis lancipan Maros dan mikrolit merupakan dua tipe alat batu yang menjadi ciri khas budaya Toala. Maka temuan sisa-sisa manusia di Gua Bala Metti untuk sementara dapat dikatakan sebagai manusia pendukung Budaya batu di Bone yang berlangsung antara 8000 – 3000 BP. Kemudian dilakukan kembali penggalian lanjutan Balai Arkeologi Sulawesi Selatan tahun 2016. Adanya temuan tembikar pada lapisan budaya yang sama dengan lapisan budaya dimana sisa-sisa manusia ditemukan. Teknologi tembikar adalah salah satu budaya yang dibawa oleh penutur Austronesia (ras Mongoloid Selatan) masuk ke Nusantara sekitar 4000 tahun yang lalu.
Peneliti menemukan berbagai macam jenis dan bentuk temuan arkeologi pada setiap situs gua. Sisa manusia ditemukan di situs Bala Metti, Bontocani, Bone dan situs Leang Jarie, Maros. Jika berdasarkan keletakan dan konteks arkeologinya, diperkirakan bahwa sisa-sisa manusia pada kedua situs tersebut adalah sisa manusia dari masa bercocok tanam (ras Mongoloid Selatan). Sementara berdasarkan ciri dan keausan gigi, diduga usia manusia pendukung pada kedua situs ini adalah dewasa (mature). kedewasaan dari temuan gigi, dicirikan oleh atap gigi yang sudah hilang, mahkota gigi sudah hilang, groove bagian lingual gigi sudah berlubang, dan email gigi sudah retak. Kalau benar sisa-sisa manusia yang ditemukan di situs Bala Metti dan Leang Jarie adalah sisa manusia dari ras Mongoloid Selatan, maka dapat dikatakan bahwa pada masa bercocok tanam manusia pendukungnya juga masih melanjutkan pembuatan alat batu jenis serpih yang begitu maju, yaitu dengan membuat lancipan Maros (mata panah bergerigi) dan mikrolit.
Namun demikian, pendapat para peneliti terdahulu yang menganggap bahwa lancipan Maros dan mikrolit adalah produksi dari manusia pada masa berburu tingkat lanjut, untuk sementara pendapat itu sudah tidak relevan dalam konteks sekarang. Untuk memperkuat argumen tersebut, dibutuhkan informasi umur dari hasil pertanggalan (dating) dan analisis lainnya.
Referensi :
Hakim, Budianto. 2017. Interpretasi Awal Temuan Gigi Manusia Di Situs Bala Metti, Bone dan Situs Leang Jarie, Maros, Sulawesi Selatan. Jurnal Walennae, 15(7): 19-30.
Sumber :Penulis Euniqe Gasong