Hari Dokter Nasional 2022, Ini Sejarah Terbentuknya IDI

JAKARTA– 24 Oktober 2022 diperingati sebagai Hari Dokter Nasional. Peringatan Hari Dokter Nasional bersamaan dengan hari jadi Ikatan Dokter Indonesia (IDI) yang diperingati setiap tahunnya.
Lantas, bagaimana sejarah Hari Dokter Nasional 24 Oktober?

Dilansir dari laman Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), Hari Dokter Nasional diperingati sejak tahun 1950. Lebih dari 1.000 tahun di Eropa, istilah dokter digunakan sebagai gelar terhormat.

Kata dokter diambil dari bahasa latin “docere” yang artinya “to lecture” atau mengajar. Istilah Dokter berkembang menjadi sebuah profesi medis yang sudah memiliki lisensi untuk praktik dalam menyembuhkan suatu penyakit.

Sejarah Ikatan Dokter Indonesia

Baca juga  Terkait Dihentikannya Pelayanan Jampersal, Komisi III DPRD Majene Akan Panggil Dinkes dan BKAD

Dilansir dari situs resminya, IDI terbentuk pada tahun 1950 tepatnya usai Muktamar pertama Ikatan Dokter Indonesia (MIDI) yang digelar di Deca Park yang kemudian menjadi gedung pertemuan Kotapraja Jakarta.

Dalam muktamar tersebut, hadir sebanyak 181 dokter yang merupakan Warga Negara Indonesia (WNI) dari Jakarta dan luar Jakarta. Hasil muktamar IDI terpilih Sarwono Prawirohardjo menjadi Ketua Umum IDI pertama.

Kata ‘Ikatan’ dalam IDI sendiri merupakan usulan dari Dr. R. Soeharto yang merupakan Ketua Tim Dokter Presiden Soekarno dan juga Dewan Pimpinan Pusat IDI pada masa itu.

Kantor Pusat IDI yang berlokasi di Jalan Sam Ratulangi, semula milik warga negara Belanda yang kemudian dibeli oleh Bendahara IDI Tan Eng Tie seharga Rp300.000,- pada masa itu.

Baca juga  Sistem Antrian Online Bisa di Rumah Bagi Pasien di RSUD Majene Semakin Dekat

Berjalannya waktu, kiprah IDI diakui oleh dunia dengan diterimanya sebagai anggota World Medical Association (WMA) yang menghimpun semua organisasi kedokteran di dunia pada tahun 1953.

Pada tahun yang sama, IDI memprakarsai berdirinya Confederation of Medical Associationin Asia and Oceania (CMMAO) dan sejak itu, IDI aktif menjadi anggota organisasi tersebut.

Pada tahun 1969, IDI menyelenggarakan Musyawarah Kerja Sosial Kedokteran Indonesia. Dalam musyawarah ini, IDI berhasil menyusun dan mensahkan Kode Etik Kedokteran Indonesia (Kodeki).

Selain memprakarsai berdirinya CMMAO, IDI juga memprakarsai berdirinya Medical Association of ASEAN (MASEAN) pada tahun 1980 dan sejak itu menjadi anggota aktif organisasi tersebut.

Baca juga  RSUD Majene Siap Hadapi Covid19 yang Kembali Meningkat

Sebagai pemrakarsa CMMAO, Indonesia dipercaya sebagai tuan rumah CMMAO pada tahun 1989 dan menetapkan dr. Azrul Azwar yang saat itu menjabat sebagai Ketua Umum IDI menjadi Presiden CMMAO.

Dr. Azrul Azwar juga terpilih sebagai Presiden WMA pada tahun 1996 saat World Medical Assembly ke-48 di Cape Town, Afrika Selatan.

Hingga kini, IDI memiliki puluhan ribu anggota yang tersebar luas di seluruh Indonesia dan didominasi oleh dokter perempuan sebanyak 58 persen dari jumlah dokter yang ada. (*)