MAJENE, Kejadian bunuh diri di sebuah kebun di Buttu Samang Kelurahan Tande Timur cukup mengejutkan warga. Pasalnya, Korban masih berstatus pelajar dan kematiannya tragis dengan jerat tali di lehernya dibawah pohon Bagang, Rabu 20 April 2022.
Kepala UPTD Perlindungan Anak Dinas PPPA Majene Asrianti saat dihubungi, Kamis (21/4/2022) mengungkapkan, kasus bunuh diri kemarin adalah yang kedua kalinya dalam seminggu terakhir ini, warga lingkungan Buttu Kelurahan Tande Majene nekad akhiri hidupnya.
“Kejadian pertama, dia itu bukan usia anak, jadi kita tidak ambil bagian didalamnya karena bukan usia anak. Sesuai UU perlindungan anak usia 0 sampai 18 tahun, kecuali korbannya itu perempuan, kekerasan perempuan,” ujarnya.
Kejadian bunuh diri pertama, seorang mahasiswa usia 20 tahun. “Bukan lagi tergolong anak usia 18 kebawah,” jelasnya.
Terkait korban pelajar, AD (16) yang ditemukan tewas gantung diri di kebun, Asrianti menuturkan, dirinya sempat bertanya kepada warga disana, sebernarnya penyebabnya itu apa. “Tapi kayaknya mereka masih menutup diri atau mungkin dianggap aib, saya tanya beberapa relasi disana, juga tidak mengetahui penyebabnya,” ungkapnya.
Namun, lanjut Asrianti, salah satu guru di lingkungan korban menuturkan, anak ini katanya pernah berprestasi dalam bidang olah raga catur. “Lomba catur antar provinsi kalau tidak salah. Informasinya hanya sekitaran itu, tidak ada informasi validnya yang kami dapat karena terus terang saya juga sempat cari informasi ke beberapa warga, tapi seperti itu info yang kami dapat,” terangnya.
Menurut pengalaman Asrianti selama di lapangan, diduga penyebabnya kejiwaan. “Bukan gila ya, sebenarnya mungkin pasiennya itu, menderita penyakit jiwa, mungkin akan nampak biasa biasa saja, nampak normal kehidupan bermasyarakatnya, tapi sebenarnya tidak. Kita hanya berpendapat ya, karena jangan sampai tidak seperti itu, karena kita tidak tahu penyebab kejadian kemarin,” ujarnya lagi.
Kalau misalnya diasumsikan korban ini menderita gangguan psikis, lanjut Asrianti, juga kami belum menerima data seperti itu. “Kan di Majene juga belum ada semacam psikiater, psikolog begitu, jadi kita tidak bisa menyimpulkan tanpa ada pendampingan dari orang yang memang bersertifikasi untuk meresume penyebabnya sepeti apa,” pungkasnya. (Satriawan)