Daerah  

Sejumlah BUMDes Vakum, Pertumbuhan Ekonomi di Desa Melambat

Kadis PMD Majene, Amriana Chairani

POINSEMBILAN.COM-MAJENE – Keberadaan BUMdes (Badan Usaha Milik Desa) menjadi salah satu yang diharapkan mampu menopang pertumbuhan ekonomi di desa nampaknya jauh dari yang diinginkan. Meskipun dalam dua tahun terakhir, sudah sering dilakukan pembinaan, namun masih saja belum ada keseriusan pemerintah desa.

Hal ini diungkapkan kadis PMD Kabupaten Majene Amriana Chairani saat ditemui diruangannya, Kamis (6/2/2020). Dijelaskan, sebanyak 62 desa yang ada di kabupaten Majene telah dibentuk BUMDes, tinggal desa Limbua masih dalam proses.

“Sebetulnya kalau BUMDes, hampir semua Desa sudah ada, cuma tidak semua aktif. Kalau saya tidak salah, datanya itu yang terakhir saya terima dari pendamping, hanya 39 BUMDes yang aktif dari 61 Desa. Tinggal Desa Limbua belum bikin BUMDes,” jelas Amriana

Baca juga  Indeks SPBE Kategori Cukup. Kadis Kominfo Sulbar: Perlu Terus Ditingkatkan

Dikatakannya, semenjak dua tahun yang lalu, telah melakukan pembinaan dan pendampingan, serta menjalin kerja sama dengan LIPI (lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) dalam hal pengelolaan potensi lokal Desa.

“Salah satunya itu kelapa diolah menjadi minyak kelapa, kemudian air kelapa itu bagaimana bisa dimanfaatkan. Kan selama ini air kelapanya dibuang, nah ini kita sudah kerja sama dengan LIPI, sudah dilakukan pelatihan memanfaatkan air kelapa diolah menjadi kecap, itu sudah dilakukan bahkan sudah ada produksi. Tapi saya tidak tau kenapa kemudian tidak lanjut, “imbuhnya dengan nada sedikit kecewa.

Baca juga  13 Tuntutan Aksi Mahasiswa di Mamuju. Pj. Gubsulbar: Silahkan Japri Saya lewat WA

Diakui, kegiatan BUMDes yang dijalankan baru sebatas simpan pinjam yang nota bene belum memberi efek dan daya ungkit pertumbuhan ekonomi di Desa. “Sekarang yang saya lihat di BUMDes itu rata rata yang dikerjakan itu simpan pinjam dan token listrik itu yang paling banyak, ada juga bergerak di industri kreatif misalnya memanfaatkan sabut kelapa menjadi sapu itu di desa Balombong, yang lain seperti di Awo pengelolaan pisang baru sebatas itu, ada juga di desa Simbang seperti sarana olah raga kemudian Betteng obyek Wisatanya, tapi itu belum mampu menggerakkan perekonomian secara baik di desa.”kata Amriana yang memiliki paras cantik ini.

Baca juga  JMSI Sulbar Sambut Baik Pandangan Fraksi Nasdem Soal Prioritas Media Lokal

Lebih jauh dikatakan, kurangnya dukungan dari pemerintah Desa juga menjadi salah satu faktor terjadinya kesenjangan ekonomi pedesaan. “Yang pada akhirnya PMD juga tidak bisa bergerak banyak kalau tidak ada dukungan dari pemerintah desa. Kalau mereka serius mau membangun desanya dan mengembangkan BUMDesnya, harusnya ada kreasi kreasi produktif yang muncul. Kalau seperti itu kita bisa optimis pendapatan asli desa akan meningkat, “ucap Amriana dengan dialek khasnya. (Satriawan)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *