

POINSEMBILAN.COM-SENGKANG, Innalillahi Wainna Ilaihi Raji’un…
Tak pernah terbayang sedikitpun, jika hari ini harus mendengar kabar duka atas meninggalnya Drs. Andi Syafaruddin.
Usai melaksanakan shalat Magrib berjamaah, tiba – tiba telepon selular saya berbunyi, ternyata panggilan dari Saudara Edy Mulyawan, staf Humas Kominfotik Kabupaten Wajo.
Saat mengangkat hp, terdengar
suara Edy dari balik telepon, ” Pak aji janganki kaget, Puang Safa meninggal dunia,” ujarnya dengan suara pelan sekali.
Walaupun Edy sudah mengingatkan agar tidak kaget, tetap saja saya kaget, kabar itu bagaikan petir yang menyambar di siang bolong.
Tak terasa setelah mengakhiri pembicaraan dengan Edy, air mata langsung mengucur. Puang Safa telah meninggalkan kita untuk selama – lamanya, saya langsung termenung, begitu banyak kenangan dengan Almarhum.
Saya tidak menyangka, kalau Puang Syafa meninggal dunia. Pasalnya, sejak ketemu dan sempat bercanda, 2 minggu yang lalu, di ruangan Kabid Humas Dinas Kominfotik, tidak pernah terdengar kabar kalau beliau sakit.
Drs A. Syafaruddin adalah sosok birokrat yang punya jiwa kritis, keras namun berhati lembut. Jika ada hal yang dianggapnya tidak cocok dengan tatanan pemerintahan pasti akan ditegur, apalagi jika itu sebuah kebijakan yang bertentangan dengan hati nuraninya.
Saya mulai berkenalan dengan Almarhum, saat beliau diangkat oleh Bupati Naharuddin Tinulu sebagai kepala Dinas Informasi dan Komunikasi Kabupaten Wajo pada tahun 2001.
Profesi sebagai Wartawan mengharuskan saya harus selalu berhubungan dengannya, sosoknya sangat elegan dan humoris, bagi saya Puang Safa adalah orang tua, sahabat dan teman diskusi.
Kepiawaian Puang Safa memenej tata kelola pemerintahan dengan baik, membuatnya dipercaya menjadi Asisten I Bidang Pemerintahan, disaat Andi Asmidin menjabat Bupati Wajo periode 2004 – 2009.
Pada jabatan itulah, Almarhum mengakhiri kariernya sebagai pegawai negeri sipil (PNS), beliau memasuki usia pensiun sebelum periode Andi Asmidin berakhir.
Selama berkarir di bidang pemerintahan banyak hal yang sudah Puang Syafa lakukan untuk Kabupaten Wajo. Pembangunan Rumah Adat Atakkae adalah ide cemerlangnya, saat Dahlan Maulana menjadi Bupati Wajo pada tahun 90 an.
Penentuan lokasi pembangunan kantor Bupati Wajo dan Stadion Andi Ninnong tak lepas dari campur tangan Puang Safa.
Perintah Dahlan Maulana agar beliau mencari lokasi pembangunan kantor Bupati direspon cepat kala itu. Dahlan Maulana ingin agar kantor Bupati menghadap ke Danau Tempe, sehingga dipilihlah lokasi yang saat ini ditempati berkantor oleh Bupati sejak Dahlan Maulana hingga Amran Mahmud.
Pensiun dari Pegawai Negeri Sipil, tidak membuat Puang Safa berhenti mengabdikan diri dan pikirannya untuk Kabupaten Wajo.
Setelah pensiun, Puang Safa memasuki dunia Politik. Partai Demokrasi Kebangsaan (PDK) menjadi pilihannya, dia dilantik menjadi ketua PDK kabupaten Wajo oleh ketua PDK Sulawesi Selatan, Drs. Sainal, yang merupakan sepupu satu kalinya.
Kiprahnya di dunia politik sebagai ketua partai, banyak dikagumi oleh masyarakat, sehingga pada tahun 2008, jelang suksesi kepala daerah Kabupaten Wajo, Puang Safa banyak mendapat dukungan untuk maju sebagai calon Bupati Wajo periode 2009 – 2014.
Namun, sebagai politisi yang berjiwa besar, Bapak dari Kadis Perhubungan Kabupaten Wajo ini mengalah, dia hanya menjadi calon wakil Bupati mendampingi Andi Aksan (menantu Dahlan Maulana) sebagai calon Bupati periode 2009 – 2014.
Keikutsertaan Puang Safa pada suksesi Bupati dan Wakil Bupati pada waktu itu, memberikam warna tersendiri bagi demokrasi di Kabupaten Wajo.
Walaupun kalah, dia tidak berhenti untuk mengabdikan diri untuk daerahnya. Haji Andi Burhanuddin dengan Amran Mahmud yang terpilih sebagai pemenang Pilkada pada waktu itu, tetap meminta pendapat dan masukan kepada Puang Safa, yang dianggap punya pengalaman matang dalam birokrasi.
Pada suksesi Bupati dan Wakil Bupati untuk periode 2019 – 2024, Puang Safa kembali terlibat dalam Pilkada. (Gus)