

POINSEMBILAN.COM-MAJENE, Bimbingan Teknis Budidaya dan Percepatan Ekspor Komoditas Porang
digelar Balai Karantina Pertanian Mamuju di Hotel Villa Bogor Leppe Majene, Kamis, 30 September 2021.
Dihadiri Wakil Bupati Majene, mantan Bupati Majene H. Lukman, Kepala Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati, Badan Karantina Pertanian, Kementerian Pertanian RI yang diwakili Koordinator Kelompok Substansi Karantina Tumbuhan Benih, Abdul Rahman, SP., MP, Kepala Karantina Pertanian Sulawesi Barat yang diwakili, drh. Indra Dewa, M.Si, Wakil Rektor Universitas Sulawesi Barat, Ir. H. Anwar Sulili, MS, Kadis Pertanian Majene, Mewakil Dandim 1401 Majene dan Para Petani.
Narasumber kegiatan tersebut yakni Dekan Fakultas Pertanian dan Kehutanan Universitas Sulawesi Barat. Prof. Dr. Ir. Khaemuddin, M.Si, Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Peternakan Provinsi Sulawesi Barat. Bapak Syamsul Ma’arif, SP., MMA, Kepala Dinas Pertanian, Peternakan dan Perkebunan Kab. Majene, Burhan, S.Pt.. MMA, Kepala Balai Pengkajian dan Teknologi Pertanian Sulawesi Barat Kementerian Pertanian RI diwakili, Ir. Marthen P. Sirappa, M.Si, dan Guru Besar Hama Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Hasanudin Makasar, Prof. Dr. Ir. Ade Rosmana, M.Sc.
Junarli Sali, SSi, ketua panitia melaporkan, acara ini Bertujuan mensosialisasikan gerakan strategis pertanian dan menjadikan komoditas porang menjadi kualitas eksport yang menjanjikan, serta mendorong Pemerintah Daerah agar dapat membuat Porang menjadi kualitas eksport yang mumpuni.


Sosialisasi ini diikuti sekitar 38 orang yang terdiri dari berbagai kalangan dan para petani porang yang ada di Majene.
Wakil Rektor Unsulbar Ir. Anwar Sulili, MS mengatakan,
Kegiatan ini sangat monumental dalam rangka mensosialisasikan dan menggerakkan kita semua dalam meningkatkan komoditas porang untuk kesejahteraan masyarakat.
Dewasa ini kementerian Pertanian fokus pada dua komoditas unggulan, yaitu Porang dan Burung Walet dan semua butuh modal yang cukup besar. Porang di Sulbar berpotensi sangat besar untuk dikembangkan, kecuali untuk daerah Mamasa, karena mempunyai syarat ketinggian tempat tumbuh yang baik.
“Yang perlu diperhatikan disini adalah bagaimana persoalan ketika usai panen, terutama dalam hal pemasaran. Dan diharapkan agar jangan dijual dalam bentuk “Umbi” lebih baik dijual dalam bentuk chip dan tepung, agar mempunyai nilai jual yg tinggi dan yang membeli juga tidak dapat menanamnya,” ujarnya.
Pihak Kampus sangat mendukung semua kegiatan yang menyangkut pengembangan tanaman porang, bahkan pihak dosen dan mahasiswa bersedia untuk dilibatkan dalam pengembangan porang di Sulbar dan khususnya di Majene.
Kepala Karantina Pertanian Sulawesi Barat yang diwakili, drh. Indra Dewa, M.Si. mengatakan, Komitmen Kementan RI dalam arahan Menteri Pertanian yang tertuang dalam Peraturan Menteri Pertanian tentang komoditas ekspor, inilah yang membuat kami menghadirkan para petani langsung dengan narasumber yang semuanya luar biasa. “Di tengah pandemi seperti ini, maka komoditas pertanian lah yang dominan mendukung naiknya tingkat perekonomian di Indonesia, termasuk didalamnya adalah komoditas Porang,” ujarnya. (ril)