Ternyata, Majene Miliki Talenta Luar Biasa eSport PUBG, Free Fire dan Mobil Legend

Rudy Hartanto Taufik

POINSEMBILAN.COM-MAJENE, Saat ini dunia gaming telah berubah menjadi sesuatu yang punya potensi, menjanjikan dan lebih kompetitif berkat kehadiran eSport (Elektronik Sport).

Adanya eSport dengan segala benefit yang bisa didapatkannya pun berhasil mematahkan stigma buruk bermain game, terutama untuk anak-anak.

Pada awalnya, anak-anak sangat dilarang untuk bermain game terusan-terusan, karena bisa mengganggu sekolah.

Sekadar diketahui, eSport merupakan salah satu cabang olah raga yang dipertandingkan sejak Seagames 2019 di Filipina diselenggarakan.

Kepala Bidang Anggaran Badan Keuangan dan Aset Daerah (BKAD) Rudy Hartanto yang ditemui, Kamis (26/11/2020) mengungkapkan eSport saat ini, perkembangan di Majene, bagus sekali. “Talenta di Majene banyak. Anak-anak, khusus Majene dan di Sulbar, sangat banyak talenta,” ungkap Rudi yang sangat menyenangi olah raga eSport, terkhusus Mobil Legend.

Rudi menjelaskan, di eSport ada 5 pemain dalam satu tim, kemudian ada tiga jenis pertandingannya, yaitu Free fire, Mobil Legend dan PUBG. Di Majene, sudah tersedia dua sampai tiga atlet sangat bagus. “Di Majene banyak sekali talenta. Khusus PUBG, ada anak di Binanga kalau tidak salah, sudah dipanggil tim dari Bandung, untuk menjadi atletnya. Kemudian Mobil Legend, perwakilan naik liga profesional, dari tim yang juara dua itu, tiga orang dari Majene,”tuturnya.

Baca juga  Angin Kencang Warnai Pembukaan Porprov lV Sulbar

Juga game free fire juga, banyak sekali peminatnya. “Kalau kita lihat kondisi ini, berarti talenta di Majene ada. Sekarang ini anak-anak liar (belum ada yang mewadahi), mainnya masih di warnet. Kalau saya, dengan adanya kepengurusan, bisa kita jadikan wadahnya mereka. Sekarang ini mereka tidak bisa berkembang sampai di Jawa, sampai di Makassar, karena tidak ada yang mewadahi,” ujarnya.

Bukan cuma itu, para orang tua masih berfikir bahwa ini hanya game, tidak ada tindak lanjut. “Hanya buang-buang waktu, hanya bikin begadang, kan seperti itu. Tapi ketika ada wadah yang dinaungi pemerintah, saya rasa pasti perubahan main set pola pikir dari orang tua ini akan berubah,” tambahnya.

Baca juga  Liverpool Bangkit, Hantam West Ham United 3-1

Dengan semangat, pria yang menyenangi game online ini menjelaskan, eSport Mobil Legend saja, itu sudah biaya transfernya seperti pemain bola. “Antar klub satu dengan yang lain, transfernya sekarang diatas Rp 300 juta. Jadi bayangkan kalau talenta itu kita bisa jaga,” ujarnya.

Menyinggung soal pembubaran game free fire di Assamalewuang beberapa waktu lalu, Rudi menjelaskan hal itu terjadi karena belum ada yang mewadahi. “Seandainya ada wadah kita disini, kelembagaan kita, kira-kira itu tidak akan terjadi pembubaran. Karena kita bisa pesan bahwa setiap ada turnamen, ada kegiatan, harus melapor dulu, kita akan fasilitasi,” lanjutnya.

Menurut Rudi, pada saat dirinya mencoba melobi, beberapa bulan yang lalu, agar eSport bisa dibentuk kepengurusan di Majene, Rudi menyebut ternyata sudah ada draft kepengurusannya. “Safaat, calon ketua umum di Majene,” lanjutnya.

Baca juga  Laga Tandang ke Surabaya, Panpel Siapkan 600 Tiket untuk Suporter PSM

Rudi sangat mengharapkan, intinya ada wadah dulu yang menaungi mereka yang punya talenta. “Supaya teman adek-adek ini tidak liar,” ujarnya.

Disinggung kesiapannya untuk menjadi ketua umum PB eSport di Majene untuk mewadahi dan menjaga talenta yang dimiliki Majene, Rudi mengaku sangat siap. “Sangat siap, karena hobi. teman-teman juga mendukung, karena saya satuji pemikirannya, saya cuman target awal saat terbentuk, adanya wadah seperti game house. Itu yang kita sediakan dulu,” tambahnya.

Selain bisa mengembangkan talenta eSport, game house juga bisa dimanfaatkan untuk belajar menjadi youtuber dan sejenisnya. “Positifnya disitu, mau jadi youtuber bisa, ada tempatnya, ada sarana webcamnya, internetnya, itu dulu yang kita siapkan. Kalau itu ada, anak-anak semakin bisa berkembang, karena ada support dari pemerintah,” pungkasnya. (Satriawan)