Istrinya itu bekerja pada orang lain sebagai pelayan, dan hasil kerjanya itu ia belanjakan untuk makan dirinya dan suaminya (yakni Nabi Ayyub). Istrinya bekerja demikian selama delapan belas tahun.
Sebelum musibah menimpa, Nabi Ayyub hidup dengan harta yang berlimpah, banyak anak, serta memiliki banyak tanah dan bangunan yang luas. Maka semuanya itu dicabut dari tangannya oleh Allah Swt, sehingga nasib melemparkannya hidup di tempat pembuangan sampah di kotanya, selama delapan belas tahun.
Semua orang-baik yang tadinya dekat ataupun jauh-tidak mau mendekatinya, selain istrinya.
Istrinya tidak pernah meninggalkannya pagi dan petang, kecuali bila bekerja pada orang lain, tetapi segera kembali kepadanya dalam waktu yang tidak lama.
Setelah masa cobaan itu telah lama berlangsung, masa puncak cobaanpun telah dilaluinya serta sudah ditakdirkan habis waktunya sesuai dengan masa yang telah ditetapkan di sisi-Nya, maka Nabi Ayyub berdoa memohon kepada Tuhan semesta alam, Tuhan semua rasul, seperti yang disitir oleh firman-Nya:
{أَنِّي مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ}
(Ya Tuhanku) sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang. (Surat Al-anbiya: 83).