POINSEMBILAN.COM, JAKARTA – Ahli menyarankan agar masyarakat tidak sembarangan membeli obat dexamethasone untuk mencegah virus COVID-19.
Dikutip dari CNN Indonesia, Ahli biologi molekuler Ahmad Rusdan Handoyo mengatakan hingga saat ini belum ada penelitian yang menunjukkan dexamethasone bisa mencegah Covid-19.
Hal ini diungkap respons untuk merespons studi pendahulu di Inggris yang menunjukkan dexamethasone bisa menekan angka kematian Covid-19.
Ia mengatakan dexamethasone bisa meredam radang bagi pasien dengan gejala berat, bukan ringan apalagi untuk pencegahan.
“Kalau penggunaan untuk pencegahan atau gejala ringan memang tidak boleh, karena data dari Recovery Trial memang tidak ada manfaat buat gejala ringan, sedangkan untuk pencegahan mereka tidak melakukan pengujian. Maka jangan borong dexamethasonee” ujar Rusdan saat dihubungi CNNIndonesia.com, Jumat (19/6).
Rusdan lebih lanjut menjelaskan penelitian menunjukkan dexamethasone bisa mengurangi kematian hingga 30 persen. Ia mengatakan dexamethasone telah digunakan sebagai obat asma, namun tetap menggunakan resep dokter.
Sebelum itu, dexamethasone juga digunakan untuk pengobatan SARS. Saat itu, obat digunakan untuk pasien dengan gejala berat. Ia mengingatkan penggunaan dalam jangka panjang bisa menimbulkan dampak ketergantungan.
“Penggunaan jangka panjang juga bisa menimbulkan dampak ketergantungan. Logikanya memang sederhana karena salah satu fungsi dexamethasone adalah meredam radang,” ujar Rusdan.
Dihubungi terpisah, Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik LIPI, Agus Haryono mengatakan masyarakat tidak boleh sembarangan menggunakan dexamethasone tanpa petunjuk dari dokter.
Penggunaan obat juga harus dengan resep dari dokter. Ia mengingatkan proses uji klinis saat ini masih berada di tahap peninjauan.
“Apalagi obat ini baru terbukti untuk pasien Covid-19 gejala berat (yang sudah menggunakan oksigen dan atau ventilator). Belum ada bukti untuk pasien OTG maupun pasien gejala ringan,” kata Agus.
Dexamathasone tak bisa digunakan sembarangan. Penggunaan obat harus mendapatkan pengawasan dokter karena beberapa efek samping yang bisa diakibatkan bila dikonsumsi tak sesuai dosis.
Cara kerja dexamethasone bakal mendepresi sistem imunitas menjadi sistem imun yang tidak aktif.
Sebelumnya, Sekretaris Perhimpunan Dokter Spesialis Paru Indonesia (PDPI), Erlang Samoedro mengatakan bahwa dexamethasone akan lebih efektif diberikan pada kasus yang berat karena peradangan yang sudah tak terkontrol.
Erlang menjelaskan pemakaian jangka panjang akan menimbulkan efek samping berupa penurunan sistem imun. Hasilnya, efek samping dalam kategori berat bisa mendatangkan beragam infeksi.
“Efek samping biasa ya bisa terjadi pada pemakaian jangka panjang, karena terjadi retensi cairan, jadi muka bengkak, sistem imun turun, bisa terkena infeksi TBC, pneumonia dan lain-lain,” ujar Erlang merinci.
Sementara efek samping dalam kategori ringan bisa mengakibatkan gangguan pada lambung hingga menimbulkan erupsi pada kulit yang menyerupai jerawat.
Erlang mengatakan yang juga penting dan wajib diperhatikan adalah penggunaan untuk pasien yang menderita diabetes.
“Apakah punya penyakit kencing manis [atau tidak], karena pemberian dexamethasonee mempunyai efek meningkatkan gula darah. Jadi yang punya diabet, gulanya jadi tidak terkontrol,” sambung dia.
Namun, secara umum, kemunculan efek samping dalam konsumsi dexamethasone akan bergantung pada kondisi setiap individu.